7 Hewan yang terancam punah dan penjelasannya
Ketemu lagi gan dengan saya, saya kali ini ingin posting tentang 7 Hewan yang terancam punah. Ini bisa di jadikan pengetahuan umum atau bisa juga menjadi tugas. Oke, tanpa basa basi langsung saja...
1. Anoa (Bubalus)
Sebagaimana babirusa, pengelompokan anoa dalam dunia binatang juga mengundang debat di kalangan ilmuwan. Binatang ini memiliki ciri tubuh seperti kerbau dan sapi. Berat tubuhnya 150-300 kilogram. Secara umum, anoa sulawesi dibagi menjadi dua spesies, yaitu anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis). Kedua jenis ini dibedakan berdasarkan bentuk tanduk dan ukuran tubuh. Groves dalam Systematics of the Anoa (1969) menyebutkan, anoa dataran rendah relatif lebih kecil, ekor lebih pendek dan lembut, serta tanduk melingkar. Sementara anoa dataran tinggi lebih besar, ekor panjang, berkaki putih, dan tanduk kasar dengan penampang segitiga. Namun, pengelompokan anoa berdasarkan wilayah habitatnya ini sering dianggap tidak tepat. Menurut Thornback dalam Red Data Book Vol.1. Mammalia (1978), anoa pegunungan juga sering ditemukan di pantai. Demikian sebaliknya, anoa dataran rendah sering ditemukan di pegunungan. Kedua spesies yang merupakan binatang endemis Sulawesi itu berstatus E (endangered) atau terancam punah menurut IUCN. Populasinya di hutan saat ini diperkirakan tinggal 3.000 ekor dan jumlahnya terus menurun. Anoa sering diburu untuk diambil kulit, tanduk, dan dagingnya. Hingga saat ini, perburuan anoa masih marak dan daging anoa kerap ditemukan di pasar-pasar tradisional di Sulawesi Utara dan Gorontalo.
2. Trenggiling (Manis Javanica)
Berdasarkan sebuah literatur bahwa binatang ini di temukan oleh seseorang bernama Desmarest pada 1822, binatang ini di sebut juga anteater (Pemakan Semut) wakil dari Ordo Pholitoda yang masih di temukan di asia tenggara. Tubuh trenggiling lebih besar dari kucing. Berkaki pendek dan berekor panjag dan berat. Yang unik adalah tubuhnya bersisik tersusun seperti genteng rumah. Bersisik pada bagian punggung dan bagian luar kaki berwarna coklat terang. Binatang ini berambut sedikit dan tidak mempunyai gigi dan untuk mencari makan trenggiling memakai lidahnya, dan magsa yang mereka buru dan serangga. Pada siang hari trenggiling tidur di dalam tanah. Dan untuk melindungi diri trenggiling mengeluarkan bau busuk sehingga musuhnya lari. Jika di ganggu, trenggiling akan menggulungkan badannya menurut pemerinah binatang ini tidak boleh di perjualbelikan karena ada peraturan yang menyatakan hal itu seperti Undang-Undang RI (Republik Indonesia) no 5/1990, Peraturan pemerintah RI no 17/1999.
3. Sangihe White-Eye (Zosterops Nehrkorni)
Sangihe White-eye (Zosterops nehrkorni) merupakan salah satu dari sekitar 22an jenis burung kacamata (pleci) yang terdapat di Indonesia. Sayangnya, burung kacamata sangihe yang endemik pulau Sangihe ini tergolong jenis burung langka di Indonesia. Keberadaan burung kacamata sangihe bahkan terancam punah yang oleh IUCN Redlist dan birdlife dimasukkan dalam status konservasi ‘ktitis’ (Critically Endangered). Status keterancaman tertinggi lantaran diperkirakan burung endemik Sangihe ini jumlahnya kurang dari 50 ekor burung dewasa. Burung kacamata sangihe dalam bahasa Inggris disebut sebagai Sangihe White-eye dengan nama ilmiah (latin) Zosterops nehrkorni. Dulunya burung ini dianggap sebagai bagian dari spesies Zosterops atrifrons (Kacamata dahi-hitam). Namun kemudian spesies kacamata dahi-hitam ini dibedakan menjadi tiga spesies yakni Zosterops atrifrons, Zosterops stalkeri (Kacamata seram), dan Zosterops nehrkorni (Kacamata sangihe). Diskripsi Ciri dan Perilaku. Burung kacamata sangihe atau Sangihe White-eye (Zosterops nehrkorni) berukuran kecil sekitar 12 cm. Tubuh bagian atas berwarna hijau zaitun dengan tunggir warna kuning-hijau mencolok. Ekor berwarna hijau-hitam gelap. Dahi berwarna hitam. Lingkaran mata berwarna putih dam agak lebarlebar. Pipi, tenggorokan dan penutup ekor bawah berwarna kuning cerah. bagian bawah lainnya dari burung kacamata sangihe berwarna putih-mutiara dengan sisi tubuh abu-abu. Paruh dan kaki jingga pucat. Suara burung kacamata (pleci) dari Sangihe ini hampir mirip suara burung kacamata dahi-hitam namun lebih tipis dan halus. Rentetan siulannya mempunyai nada yang lebih cepat. Burung endemik sangihe yang langka dan terancam punah ini sering beraktifitas dibagian tengah dan atas kanopi hutan pada hutan primer di daerah perbukitan. Makanan utama burung kacamata sangihe adalah serangka meskipun diduga juga mengkonsumsi aneka buah. Habitat, Penyebaran, Populasi dan Konservasi. Habitat burung kacamata sangihe adalah hutan primer pada daerah perbukitan dengan ketinggian antara 700-1000 meter dpl. Persebaran burung pleci ini terbatas dan merupakan burung endemik yang hanya bisa dijumpai di pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Bahkan di pulau Sangihe ini, burung kacamata sangihe (Zosterops nehrkorni) hanya dapat dijumpai di kawasan Gunung Sahendaruman dan Sahengbalira dengan luas habitat hanya sekitar 8 km2. Populasi burung kacamata sangihe atau Sangihe White-eye pun tidak diketahui pasti. Namun birdlife.org memperkirakan jumlah populasi burung endemik ini tidak lebih dari 50 ekor burung dewasa saja. Jumlah yang sangat sedikit untuk ukuran burung kecil pemakan serangga. Ancaman utama Zosterops nehrkorni adalah hilangnya habitat. Berdasarkan perkirakan jumlah populasi, persebarannya yang endemik dengan habitat yang sangat sempit, birdlife dan IUCN Redlist sepakat untuk memberikan status keterancaman tertinggi pada burung kacamata sangihe. Burung ini diberikan status konservasi Critically Endangered (Kritis). Ironisnya, meskipun populasinya diyakini kurang dari 50 ekor dengan habitat hanya seluas 8 km2 serta dikategorikan sebagai spesies Critically Endangered, anehnya burung kacamata sangihe justru tidak termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi di Indonesia.
4. Burung Toucan (Ramphastos Dicolorus)

Burung
toucan memiliki paruh yang sangat besar dibandingkan dengan paruh burung lain
yang seukuran tubuh dengannya. Paruhnya ada yang berwana-warni dan pada umumnya
berwarna terang. Paruh ini sangat ringan dan kuat karena strukturnya tidak
pejal dan memiliki rongga berisi banyak udara. Bulunya berwarna gelap kecuali
pada bagian leher dan sebagian bulu sayap dan ekor yang berwarna cerah. Panjang
tubuhnya sekitar 65 cm dan panjang paruhnya sendiri sekitar 20 cm. Paruh toucan
yang sangat besar dan berwarna-warni. Paruh toucan yang panjang sangat berguna
sebagai alat makan. Paruh ini cukup panjang untuk menjangkau buah pada cabang
pohon yang terlalu kecil untuk menyangga tubuhnya, dan juga untuk mengupas
buah. Saat makan buah kecil, toucan seringkali memiringkan kepalanya ke
belakang, untuk menggelindingkan buah kecil tersebut ke dalam kerongkongannya
sebelum ditelan. Paruh besar tersebut bisa jadi merupakan penarik perhatian pasangan
pada masa kawin. Namun, baik toucan jantan maupun betina memiliki paruh yang
besar. Toucan menggunakan paruhnya untuk saling menangkap dan melemparkan buah
kecil atau potongan buah kepada pasangannya saat ritual perkawinan. Sebagai
senjata, paruh besar ini lebih berfungsi sebagai pajangan daripada sebagai alat
bertarung. Meskipun ukuran paruh ini dapat menghalangi predator, namun tidak
banyak berguna dalam memerangi para predator. Burung toucan berasal dari hutan
hujan Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Toucan terutama hidup di hutan hujan
antara Mexico dan Argentina. Burung ini merupakan ikon hutan hujan. Burung
toucan mempunyai peranan penting bagi hutan hujan karena burung ini merupakan
vector yang membantu menyebarkan biji pepohonan yang buahnya menjadi makanan
toucan. Burung toucan adalah omnivora. Omnivora maksudnya adalah pemakan
tumbuhan maupun hewan. Makanan utama toucan adalah buah-buahan. Selain
buah-buahan, toucan juga makan serangga, dan kadang-kadang burung-burung muda,
telur, dan kadal. Toucan hidup berpasangan atau dalam kawanan kecil sekitar
enam burung. Kawanan burung toucan dikenal sebagai kelompok burung yang paling
berisik di hutan hujan. Burung taoucan suka mengeluarkan berbagai suara secara
bersahut sahutan, terutama di pagi hari. Toucan bersarang di lubang pohon yang
dibuat oleh hewan lain (misalnya burung pelatuk). Paruhnya tidak bisa digunakan
untuk melubangi pohon. Burung toucan biasanya memiliki dua sampai empat telur.
Toucan jantan dan betina bekerjasama menjaga telur mereka. Toucan yang masih
muda tidak memiliki paruh yang besar saat lahir, paruhnya semakin lama semakin
besar bersamaan dengan pertumbuhan toucan muda. Toucan muda memerlukan waktu
beberapa bulan sampai ukuran paruh besarnya menjadi sempurna. Ada sekitar 40
spesies burung toucan, semuanya mudah dikenali karena ukuran paruhnya yang
besar, dan biasanya berwarna cerah. Ukuran masing-masing spesies mungkin
berbeda. Toco toucan adalah spesies yang paling besar dan paling terkenal,
panjangnya sekitar 75 cm. Sedangkan spesies toucan yang paling kecil adalah
Aracar toucanet, yang panjangnya hanya sekitar 35 cm. Burung toucan merupakan
hewan peliharaan yang populer, dan mungkin banyak ditangkap untuk memenuhi
kebutuhan pasar hewan peliharaan. Burung toucan bisa hidup sampai 20 tahun.
5. Merak
Biru (Pavo Cristatus)

Pavo cristatus Merak biru atau Merak india, yang dalam nama ilmiahnya Pavo cristatus adalah salah satu burung dari
tiga spesies burung merak. Merak biru mempunyai
bulu berwarna biru gelap mengilap. Burung jantan dewasa berukuran besar,
panjangnya dapat mencapai 230cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang
berwarna hijau metalik. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak biru membentuk
kipas. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya
tidak mengilap, berwarna coklat kehijauan dengan garis-garis hitam dan tanpa
dihiasi bulu penutup ekor. Burung muda seperti betina. Populasi Merak biru
tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di India, Pakistan, Sri Lanka, Nepal dan Bhutan. Sebelumnya spesies
ini ditemukan juga di Bangladesh,
namun sekarang kemungkinan besar telah punah di sana. Merak jantan adalah
poligami spesies, mempunyai pasangan lebih dari satu. Pada musim berbiak,
burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan burung betina. Bulu-bulu penutup
ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik berbentuk mata berwarna biru. Burung
betina biasanya menetaskan tiga sampai enam butir telur. Pakan burung Merak
biru terdiri dari aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga,
serta berbagai jenis hewan kecil seperti cacing, laba-laba dan kadal kecil.
Merak biru adalah burung nasional negara India. Spesies ini juga
memegang peranan penting dalam mitologi Buddha, Hindu dan
kebudayaan-kebudayaan lainnya.
6. Macan
Kumbang (Panthera Pardus Melas)
Macan
kumbang adalah macan tutul hitam meskipun mempunyai bulu yang berbeda yakni
hitam. Orang sering kali menganggap macan kumbang sebagai spesies macan yang
berbeda. Namun nyatanya, macan kumbang merupakan satu spesies dan hanya
merupakan varian dari macan tutul (Panthera pardus). Macan kumbang sering
ditemui sebagai varian dari macan tutul jawa (Panthera pardus melas). Macan
kumbang atau sering juga disebut sebagai macan hitam juga sering dijumpai
sebagai varian dari subspesies macan tutul india (Panthera pardus fusca). Karena
merupakan spesies yang sama, antara macan tutulbiasa yang berbulu coklat
bertotol hitam dengan macan kumbang yang berwarna hitam dapat melakukan
perkawinan dengan anak yang dihasilkan terkadang berwarna tutul dan terkadang
hitam. Ciri dan Perilaku Macan Kumbang. Karena merupakan spesies yang sama dengan
macan tutul, macan kumbang mempunyai ciri-ciri dan perilaku yang mirip dengan
macan tutul. Hanya saja bulu macan kumbang tampak berwarna hitam seluruhnya.
Bulu macan kumbang yang berubah menjadi hitam tersebut disebabkan oleh pigmen
melanistik sebagai bentuk adaptasi atas habitat hutan yang lebat dan gelap. Jika
dicermati, warna pada macan kumbang tidaklah sepenuhnya hitam. Terdapat totol
atau kembangan berbentuk bintik-bintik berwarna lebih gelap dibandingkan bulu
dasarnya yang berwarna hitam mengkilat. Pola bintik-bintik gelap tersebut lebih
mudah diamati saat di bawah cahaya terang. Macan kumbang jawa (Panthera pardus
melas) mempunyai ukuran tubuh berkisar antara 90 – 150 cm dengan tinggi 60 – 95
cm. Bobot badannya berkisar 40 – 60 kg. Dan sebagaimana jenis macan tutul
lainnya, macan kumbang merupakan hewan nokturnal (beraktifitas di malam hari),
pandai memanjat dan berenang. Macan kumbang pun seekor binatang karnivora yang
memangsa buruannya seperti kijang, monyet ekor panjang, babi hutan, kancil dan
owa jawa, landak jawa, surili dan lutung hitam. Hidup secara soliter dengan
ruang gerak (teritorial) antara 5-25 km2 serta dapat bertahan hidup hingga usia
23 tahun. Persebaran, Populasi, dan Konservasi. Macan kumbang jawa (Panthera
pardus melas) sebagai varian dari macan tutul jawa yang merupakan subspesies
macan tutul yang hanya dapat ditemukan di pulau Jawa. Selain sering ditemui
pada macan tutul jawa, varian macan kumbang juga sering didapati pada macan
tutul india (Panthera pardus fusca). Saat ini macan kumbang bertahan di
beberapa wilayah yang berbeda seperti di Taman Nasional (TN) Ujung Kulon, TN.
Gunung Halimun Salak, dan TN. Gunung Gede (Jawa Barat) serta di TN. Meru
Betiri, Baluran, dan Alas Purwo Jawa Timur. Jumlah populasinya (termasuk macan
tutul jawa berbulu coklat) diperkirakan berkisar antara 250 – 500 ekor. Lantaran
jumlah populasi yang semakin menurun dan habitat yang semakin sempit akibat
kerusakan hutan dan alih fungsi hutan, IUCN Redlist memasukkan macan tutul
jawa, termasuk macan kumbang, dalam status konservasi Critically Endangered
(Kritis). Selain itu juga masuk dalam dalam CITES Apendik I yang berarti tidak
boleh diperdagangkan. Di Indonesia macan kumbang sebagai varian macan tutul pun
termasuk satwa yang dilindungi dari kepunahan berdasarkan UU No. 5 tahun 1990
dan PP No. 7 tahun 1999.
7. Black-Footed
Ferret (Mustela Nigripes)
Black-footed Ferret (Mustela
nigripes) adalah karnivora kecil hewan padang rumput Amerika Utara berhubungan
erat dengan Steppe kuskus dari Rusia, dan anggota keluarga yang beragam
Mustelidae yang juga termasuk musang, cerpelai, polecats, Martens,
berang-berang, dan musang. The Black-footed Ferret adalah mamalia yg terancam
punah di Amerika Utara , menurut U. S. Fish and Wildlife Service (USFWS).
Mereka menjadi Extirpated di alam liar di Kanada pada tahun 1937, dan
diklasifikasikan sebagai terancam punah di Amerika Serikat pada tahun 1967.
Terakhir yang diketahui penduduk liar dibawa ke tahanan pada tahun 1985,
beberapa tahun setelah penemuan kebetulan Meeteetse, Wyoming. Release dari
penangkaran hewan telah berhasil memperkenalkan kembali spesies bagian-bagian
dari bekas habitat. Black-footed Ferrets adalah sekitar 45 cm (18 in) panjang,
dengan berbulu 15-cm (6 inci) ekor, dan mereka beratnya sekitar 1 kg (2 lbs). Seperti
kebanyakan anggota keluarga, mereka sangat rendah untuk tanah dengan tubuh yang
panjang dan kaki yang sangat pendek. Bulu mereka putih di dasar tapi gelap di
ujung, membuat mereka tampak kekuningan-coklat secara keseluruhan, dengan kaki
hitam yang mulai di pinggul ekor hitam-tip, dan yang khas masker hitam. Ini
berbaur dengan baik dengan ekosistem padang rumput di mana mereka hidup. Mereka
adalah malam pemburu yang memerlukan pasokan anjing padang rumput untuk
mangsanya. Biasanya koloni anjing padang rumput 125 acre (50 ha) ukurannya akan
menyediakan populasi mangsa cukup stabil untuk satu orang dewasa musang. Yang
ferrets terutama tergantung pada anjing-anjing padang rumput untuk kelangsungan
hidup mereka, dan bahkan perlindungan di lubang anjing padang rumput pada siang
hari. Kadang-kadang musang makan binatang-binatang kecil seperti tikus. Musang
musim kawin terakhir dari bulan Maret-April. Kehamilan dari kit biasanya berlangsung
selama 41-43 hari. Jumlah kit lahir berkisar dari 1 sampai 7, tapi paling
sering hanya 3 atau 4 dilahirkan. Sebelum jumlah mereka menurun, Black-footed
Ferrets jarang terlihat: mereka tidak secara resmi diakui sebagai spesies oleh
para ilmuwan sampai 1851, Black-footed Ferrets yang dilaporkan selama lebih
dari dua puluh tahun. Pada tahun 1981, penduduk yang sangat kecil dari sekitar
130 hewan itu ditemukan di dekat Meeteetse, Wyoming. Soon after discovery.
Segera setelah penemuan, populasi mulai menurun cepat karena penyakit. By 1986,
Departemen Ikan memimpin sebuah program kerjasama untuk menangkap binatang-18
yang tersisa dan mulai intensif program penangkaran. Black-footed Ferret
terdaftar sebagai "bahaya" di bawah Endangered Species Act sejak
September 20, 2005. Sebuah laporan April 2006 di The New York Times menempatkan
South Dakota's Conata Basin penduduk di sekitar 250. Pembentukan sepuluh atau
lebih yang terpisah, mandiri populasi liar. Biologi berharap mendapatkan
Black-footed 1500 Ferrets didirikan di alam liar pada tahun 2010, dengan
minimal 30 pembiakan populasi orang dewasa di masing-masing. Pertemuan tujuan
ini akan memungkinkan status konservasi dari spesies yang akan dikategorikan
sebagai hewan yang terancam punah.
Sekian postingan tentang 7 Hewan yang terancam punah dan penjelasannya, semoga bermanfaat bagi kita semua....


0 komentar:
Posting Komentar